Kita sama-sama faham bahwa keberadaan kita di dunia ini tidaklah selamanya. Kita juga tahu bahwa kehidupan kita di dunia ini hanyalah sementara. Akan tetapi, entah karena kesibukan dunia atau karena terlalu cinta dunia banyak manusia yang lupa akan tujuan hidup yang dijalani di dunia ini. Di dalam Al Qur’an surat Adz Dzariyat Allah SWT berfirman:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا
لِيَعْبُدُونِ
“Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyembah-Ku”. (QS. Adz Dzariyat: 56).
Ayat di atas secara eksplisit menjelaskan
bahwa tujuan diciptakan manusia adalah untuk beribadah, dan hanya menyembah
kepada Allah SWT. Oleh karena itu, pertanyaan
yang selanjutnya muncul saat ini adalah, bagaimana caranya agar semua aktivitas
yang kita jalani di dalam kehidupan kita ini berniai ibadah di sisi Alloh SWT?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, Al Alim Al Allamah Syaikh Az Zarnuji
di dalam kitab Ta’limul Muta’allim memberikan penjelasan:
كَمْ مِنْ عَمَلٍ يَتَصَوَّرُ
بِصُوْرَة أعْمالِ الدّنْياَ وَيَصِيْرُ بِحُسْنِ النِيَّة مِن أَعْمَالِ
الآخِرَة، كَمْ مِنْ عَمَلٍ يَتَصَوَّرُ بِصُوْرَة أعْمالِ الأخرة ثُمَّ يَصِيْر
مِن أَعْمَالِ الدُّنْيَا بِسُوْءِ النِيَّة
“Banyak sekali amal perbuatan yang bersifat duniawi menjadi amalan yang bernilai ibadah karena baiknya niat. Dan sebaliknya, banyak sekali amalan yang seharusnya bernilai ukhrawi hanya menjadi amalan duniawi karena buruknya niat”
Penjelasan tersebut mengingatkan kepada kita semua
akan pentingnya tajdîdun niyat, memperbaharui niat , mengubah orientasi
hidup, memperbaharui orientasi duniawi menjadi orientasi ukhrawi. Makan, minum,
tidur, bekerja, dan aktivitas-aktivitas duniawi lainnya bisa bernilai ibadah di
sisi Allah SWT, kalau niat melakukan perbuatan-perbuatan tersebut karena Allah.
Sebagai contoh: makan dan minum diniatkan
agar dengan makan dan minum tersebut, kita kuat untuk beribadah. Dengan
demikian, maka makan dan minum yang seolah-olah hanya aktifitas duniawi, akan
bernilai ibadah di sisi Allah SWT.
Dari penjelasan di dalam kitab Ta’limul
Muta’allim tersebut dapat diketahui pula bahwa ternyata banyak sekali
amalan yang seakan-akan bernilai akhirat dan berpahala, namun dengan niat yang
tidak baik, amalan-amalan tersebut hanya bernilai duniawi belaka. Sebagai
contoh, shalat, zakat, haji, shodaqoh, dan lain-lainnya yang seharusnya merupakan
amalan akhirat, hanya akan menjadi amalan
duniawidan tidak mendapatkan pahala di sisi Allah SWT, jika semua ibdah
tersebut diniatkan agar mendapatkan pujian, sanjungan, dan kedudukan di sisi
manusia. Oleh karena itulah, di dalam sebuah hadits yang sangat masyhur yang
diriwayatkan oleh Sahabat Umar bin Khattab radliyallahu ‘anh Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إِنَّمَا
اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى
“Sesungguhnya segala amalan itu tergantung kepada
niatnya; dan sesungguhnya tiap-tiap orang akan memperoleh balasan sesuai dengan
apa yang diniatkannya.”
Wallahu a‘lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar