Jumat, 30 Oktober 2020

URGENSI NIAT DALAM MENCARI ILMU

 Niat adalah sesuatu yang tidak boleh ditinggalkan oleh para pencari ilmu ketika mereka hendak belajar. Hal ini disebabkan karena niat merupakan pokok dari setiap aktivitas hidup yang kita lakukan. Hal ini didasarkan pada Sabda Rasulullah SAW dari sahabat Umar bin Khattab:

إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى

“Sesungguhnya segala amalan itu tergantung kepada niatnya; dan sesungguhnya tiap-tiap orang akan memperoleh balasan sesuai dengan apa yang diniatkannya.” 

Dari hadits tersebut dapat ditarik sebuah benang merah bahwa balasan dari apa yang kita lakukan di dunia ini tergantung dari apa yang kita niatkan.

Senada dengan hadits tersebut, Al Alim Al Allamah Syaikh Az Zarnuji di dalam kitab Ta’limul Muta’allim memberikan penjelasan:


كَمْ مِنْ عَمَلٍ يَتَصَوَّرُ بِصُوْرَة أعْمالِ الدّنْياَ وَيَصِيْرُ بِحُسْنِ النِيَّة مِن أَعْمَالِ الآخِرَة، كَمْ مِنْ عَمَلٍ يَتَصَوَّرُ بِصُوْرَة أعْمالِ الأخرة ثُمَّ يَصِيْر مِن أَعْمَالِ الدُّنْيَا بِسُوْءِ النِيَّة

“Banyak sekali amal perbuatan yang bersifat duniawi menjadi amalan yang bernilai ibadah karena baiknya niat. Dan sebaliknya, banyak sekali amalan yang seharusnya bernilai ukhrawi hanya menjadi amalan duniawi karena buruknya niat.”

Dari penjelasan tersebut, maka sudah menjadi keharusan bagi para pencari ilmu untuk berniat mencari ilmu semata-mata karena Allah SWT, menghilangkan kebodohan, dan menghidupkan agama Islam. Dengan niat yang seperti itu, maka setiap aktivitas yang ada di dalam proses mencari ilmu, bernilai ibadah di sisi Allah SWT. Disamping tiu, keutamaan-keutamaan mencari ilmu bisa diraih. Namun sebaliknya, apabila niat di dalam mencari ilmu tersebut hanya untuk mencari keuntungan yang bersifat duniawi, maka aktivitas mencari ilmu tersebut tidak bernilai ibadah di sisi Allah SWT. Selain itu, keutamaan-keutamaan mencari ilmu pun tidak bisa di raih. Hal ini merujuk pada penjelasan yang terdapat dalam kitab Adabul ‘Alim wa al-Muta’allim karya Hadratussyekh Muhammad Hasyim Asy’ari:


جميع ما ذكر من فضل العلم وأهله إنما هو في حق العلماء العاملين بعلمهم الأبرار المتقين الذين قصدوا به وجه الله الكريم والزلفى لديه بجنات النعيم لا من قصد به أغراضا دنيوية من جاه أو مال أو مكاثرة في الأتباع والتلاميذ.

“Seluruh apa yang telah dijelaskan berupa keutamaan ilmu dan ahlinya hanya berlaku bagi para ulama yang mengamalkan ilmunya, mereka yang baik-baik, bertakwa serta dengan ilmunya bertujuan mencapai ridhanya Allah dan mendekat kepada-Nya di surga Na’im. Keutamaan tersebut tidak berlaku bagi orang yang berniat dengan ilmunya (dapat meraih) tujuan-tujuan duniawi berupa tahta, harta atau bersaing memperbanyak pengikut dan murid.”

Rabu, 28 Oktober 2020

Mengoptimalkan Aktifitas Hidup Agar Bernilai Ibadah

 Kita sama-sama faham bahwa keberadaan kita di dunia ini tidaklah selamanya. Kita juga tahu bahwa kehidupan kita di dunia ini hanyalah sementara. Akan tetapi, entah karena kesibukan dunia atau karena terlalu cinta dunia banyak manusia yang lupa akan tujuan hidup yang dijalani di dunia ini. Di dalam Al Qur’an surat Adz Dzariyat Allah SWT berfirman:

 

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

 

“Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyembah-Ku”. (QS. Adz Dzariyat: 56).

Ayat di atas secara eksplisit menjelaskan bahwa tujuan diciptakan manusia adalah untuk beribadah, dan hanya menyembah kepada Allah SWT. Oleh karena itu, pertanyaan yang selanjutnya muncul saat ini adalah, bagaimana caranya agar semua aktivitas yang kita jalani di dalam kehidupan kita ini berniai ibadah di sisi Alloh SWT? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, Al Alim Al Allamah Syaikh Az Zarnuji di dalam kitab Ta’limul Muta’allim memberikan penjelasan:


كَمْ مِنْ عَمَلٍ يَتَصَوَّرُ بِصُوْرَة أعْمالِ الدّنْياَ وَيَصِيْرُ بِحُسْنِ النِيَّة مِن أَعْمَالِ الآخِرَة، كَمْ مِنْ عَمَلٍ يَتَصَوَّرُ بِصُوْرَة أعْمالِ الأخرة ثُمَّ يَصِيْر مِن أَعْمَالِ الدُّنْيَا بِسُوْءِ النِيَّة

“Banyak sekali amal perbuatan yang bersifat duniawi menjadi amalan yang bernilai ibadah karena baiknya niat. Dan sebaliknya, banyak sekali amalan yang seharusnya bernilai ukhrawi hanya menjadi amalan duniawi karena buruknya niat”

Penjelasan tersebut mengingatkan kepada kita semua akan pentingnya tajdîdun niyat, memperbaharui niat , mengubah orientasi hidup, memperbaharui orientasi duniawi menjadi orientasi ukhrawi. Makan, minum, tidur, bekerja, dan aktivitas-aktivitas duniawi lainnya bisa bernilai ibadah di sisi Allah SWT, kalau niat melakukan perbuatan-perbuatan tersebut karena Allah. Sebagai contoh: makan dan minum diniatkan agar dengan makan dan minum tersebut, kita kuat untuk beribadah. Dengan demikian, maka makan dan minum yang seolah-olah hanya aktifitas duniawi, akan bernilai ibadah di sisi Allah SWT.
Dari penjelasan di dalam kitab  Ta’limul Muta’allim tersebut dapat diketahui pula bahwa ternyata banyak sekali amalan yang seakan-akan bernilai akhirat dan berpahala, namun dengan niat yang tidak baik, amalan-amalan tersebut hanya bernilai duniawi belaka. Sebagai contoh, shalat, zakat, haji, shodaqoh, dan lain-lainnya yang seharusnya merupakan amalan akhirat,  hanya akan menjadi amalan duniawidan tidak mendapatkan pahala di sisi Allah SWT, jika semua ibdah tersebut diniatkan agar mendapatkan pujian, sanjungan, dan kedudukan di sisi manusia. Oleh karena itulah, di dalam sebuah hadits yang sangat masyhur yang diriwayatkan oleh Sahabat Umar bin Khattab radliyallahu ‘anh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى

“Sesungguhnya segala amalan itu tergantung kepada niatnya; dan sesungguhnya tiap-tiap orang akan memperoleh balasan sesuai dengan apa yang diniatkannya.”  

Wallahu a‘lam.

Senin, 19 Oktober 2020

Leisure Time

  In 2013 there was an online survey that asked 1,000 young adults aged between 16 and 24. The question being asked was "How do you spend your free time? ". And the results were:

1. Eighty percent of young adults used the internet everyday.

2. The most popular leisure activity was going to the cinema. Forty two percent said that it was their favorite evening activity.

3. Eighty two percent of people said that they watched TV more than ten hours a week, but only twenty three percent listened to the radio.

4. Thirty eight percent of young people watched live music, but only thirty percent could play musical instrument. 

5. Only thirty two percent of young adults played sports. Football, swimming, and cycling were the most popular sports.

What about you? What do you do in your leisure time?

Adapted from Cutting Edge Pre-Intermediate Student's Book

Khutbah Jum'at: Rezekimu dalam Jaminan Alloh Swt.

 Khutbah I اَلْحَمْدُ لِلهِ وَاسِعِ الْفَضْلِ وَالْاِحْسَانِ،   اَلْكَرِيْمِ الَّذِيْ تَأَذَّنَ بِالْمَزِيْدِ لِذَوِي الشُّكْرَا...